Calon Mantu – 7 | Oleh Mas Redjo
Saya tunggu sesaat, di seberang tidak ada sahutan. Saya ulangi lagi, hingga untuk ketiga kali. Bunyi nada sambung, tapi tak ada yang mengangkat. Ada apa Pak Hasan menelepon saya di hari Minggu? Hal itu tidak biasa dan aneh. Mungkinkan urusan kantor? Atau soal Wen? Pak Hasan marah, karena saya mengganggu anak gadisnya?
Ah, kenapa saya jadi pusing sendiri. Lebih baik saya berpikir positif. Saya berani berbuat harus berani bertanggung jawab. Saya harus konsekuen, pikir saya.
Tiba-tiba di seberang terdengar nada sahutan.
“Halo. Selamat sore …,” suaranya lembut dan renyah. Suara yang saya kenali: Wen!
“Sore juga. Ini Wen? Bapak ada…?”
“Oo, Pak Jo. Ada apa ya, Pak?”
“Siang tadi Bapakmu telepon, katanya penting. Makanya, sepulang dari gereja, Bapak telepon balik. Barangkali ada yang mau dibicarakan. Mungkin Wen tahu?”
“Nggak, tuh…!”
“Wen cerita sama Bapak soal yang kemarin itu?”
“Emang kenapa?” pancing Wen.
“Pengin tahu saja. Mungkin Bapakmu telepon karena soal itu.”
“Nggak kok. Untuk apa?” katanya sambil tertawa khas, renyah dan agak manja. “Bapak lagi di tetangga depan. Mau disampaiin atau Pak Jo mau telepon lagi?”
Selanjutnya di Calon Mantu – 7 | Wen, Kenapa Kau Nggak Cerita ke Ayahmu?

