Sepanjang perenungan di BKSN (Bulan Kitab Suci Nasional) ini, kita diajak untuk menengok kembali ke dalam nurani.
“Apa yang membuat kita tetap bertahan dengan iman?”
BKSN di Lingkunganku telah dimulai Sabtu malam dengan doa, dengar petuah dari Tuhan dan memaknai bersama lewat ‘sharing’.
R, warga pendatang baru di Lingkungan mengawali kisahnya dengan: “Matur nuwun, kami boleh jadi warga baru. Sejak Covid, hidup kami total berubah. Saya kena PHK dan sempat terlunta finansial. Oleh iman istri yang kokoh, saya bisa bangkit dan ekonomi bahkan lebih baik dari sebelum PHK. Puji Tuhan? Tidak, karena itu hidup saya sembrono. Sejak itu amblas semua yang saya dapat.”
Istri kembali mengajak saya untuk tidak berpaling dari Tuhan. Diakhir ‘sharing’ itu R mengatakan, bahwa “kami jadi sadar, untuk tidak berpaling dari Tuhan”.
Saya menjawabnya dengan mirip dengan kisah Ayub. Ludes semua yang dimiliki, bukan hanya materi, tapi anak-anak dan ternaknya juga. Tetapi Ayub tidak berpaling sesaat pun dari Yahwe.
Kisah serupa menimpa Kompol Cosmas, anggota brimob yang ada dalam kendaraan rantis yang melintas Arfan ojol. Dengan membuat tanda salib saat menerima vonis dipecat dengan tidak hormat (PHK) seolah ia ingin mengatakan, “Saya tidak henti mencintai negeri ini, walau aku jadi begini.” Luar biasa. Kompol Cosmas adalah seorang anggota DPP disalah satu Paroki di Keuskupan Bogor
Salam sehat.
Jlitheng