“Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?” (Luk 6: 41)
Suatu hari, seekor anak ayam mentertawakan anak semut yang tidak memiliki sayap untuk terbang. Dengan tersenyum, anak semut berkata, bahwa dirinya memang tidak dapat terbang, tapi si anak ayam itu, walaupun memiliki sayap tetap tidak dapat terbang.
Yesus memberikan gambaran seseorang yang melihat selumbar di mata saudaranya, tapi tidak menyadari balok pada matanya. Ukuran selumbar jauh lebih kecil dibandingkan sebuah balok. Hal ini menunjukkan betapa sulitnya manusia untuk melihat kelemahan pribadinya, tapi mudah menilai kekurangan orang lain.
Rasul Paulus jadi teladan pentingnya menyadari balok dalam diri, dan berkat kasih karunia Tuhan balok tersebut tercabut (bdk. 1 Tim 1: 13).
Mungkin kita cenderung melihat kesalahan sesama dan menjadikannya berita panas untuk disebarkan. Kita mungkin lupa, bahwa diri kita sendiri tidak sempurna, bahkan mungkin lebih buruk dari orang yang kita nilai itu.
Mari kita membangun komitmen untuk membenahi diri sendiri dibandingkan menghakimi sesama, sehingga kasih Kristus dapat mengalir dalam diri kita dan mampu membagikannya kepada sesama.
Fr. Gerardino Ferreri, CSE
Jumat, 12 September 2025
1 Tim 1: 1-2.12-14 Mzm 16: 1-2.5.7-8.11; Luk 6: 39-42
Sumber:
Buku renungan harian “Sabda Kehidupan”
https://www.renunganpkarmcse.com