Oleh Simply da Flores
Red-Joss.com – Dalam komunitas adat budaya, ada banyak kerajinan tradisi untuk keperluan kontekstual dalam kehidupan komunitas sesuai zamannya. Salah satu kerajinan itu adalah berbagai anyaman, dengan bahan dari daun lontar, daun kelapa, tali, bilah bambu, dan pelupu – bulu. Hasilnya antara lain bakul, keranjang, tikar, dinding dan beberapa piring dan tempat makanan. Kerajinan anyam tersebut dibuat oleh perempuan dan laki-laki.
Zaman berkembang, hadirlah berbagai perabot rumah tangga dari bahan plastik hasil pabrikan
yang dijual di pasar. Sehingga kerajinan anyam adat budaya lokal mulai tergeser.
Faktor yang mempengaruhinya adalah alasan praktis, gengsi, dan ketrampilan generasi saat ini. Selain itu juga berkaitan dengan minat dan pilihan dalam keluarga, dan komunitas untuk kebutuhan zaman now.
Sesungguhnya, nasib tradisi kerajinan mengayam itu bergantung pada masyarakat komunitas adat budaya. Sejauh mana masih dibutuhkan atau tidak, ketrampilan menganyam, ketersediaan bahan lokal untuk menganyam serta faktor individu lainnya.
Kenyataannya, tawaran aneka perabot yang diproduksi oleh pabrik itu jauh lebih menarik dan praktis. Kendati ada efek samping dengan merebaknya sampah plastik, tapi sering diabaikan, karena soal kesadaran akan polusi sampah plastik yang belum dirasakan mendesak.
Ada fenomena menarik, bahwa di daerah lain ada pengembangan kerajinan anyam dari bahan lokal ini justru dipertahankan; baik untuk kebutuhan komunitas, maupun untuk usaha ekonomi rumah tangga.
Selain itu ada pengusaha tertentu yang mengembangkan kerajinan anyam tradisional, disesuaikan dengan permintaan dari konsumen luar negeri. Peluang seperti ini, kiranya menjadi informasi dan masukan bagi para pengrajin komunitas adat dan generasi muda.
Semoga bisa dikembangkan untuk usaha kreatif dan obyek bisnis zaman now, dengan peluang pemasaran digital online.