Geliat Pancaroba Musim dan Alam Lingkungan
Oleh : Simply da Flores
| Red-Joss.com | Di kampungku cuaca berangin, kabut, kadang hujan, dan cukup dingin. Beberapa hari lalu, di kabupaten tetangga hujan dan kabut sepanjang hari, angin, dan cuaca cukup dingin di malam hari. Cuaca dan musim pancaroba, maka perlu lebih disiplin menjaga kesehatan diri. Mungkin alam sedang berbenah, menanggapi perbagai ulah tingkah manusia dalam memperlakukan alam lingkungan. Fakta, ada aneka polusi udara, air dan laut, sampah plastik dan bahan kimia beracun. Juga kerusakan lingkungan, karena pembabatan hutan dan penambangan. Manusia bertambah banyak, meledak populasi, tapi alam lingkungan terbatas dan berkurang kualitasnya.
Ketika di kampung, cerita sesama saudara, bahwa banyak pohon ditebang untuk kayu bakar dan keperluan lain, namun jarang ditanam kembali. Tanaman perdagangan, ada beberapa yang sudah beberapa tahun tidak berbuah dan terkena hama; misalnya cengkeh dan coklat. Lahan pertanian pun semakin sempit karena berubah pola hidup dan hunian. Lokasi yang dahulu ada hutan, seperti tempat keramat dan area gunung, sekarang semakin kritis dan gundul. Ketika hujan datang, humus tanah dibawa banjir ke laut, dan sepertinya dibiarkan terus terjadi.
Masuk ke area pasar dan kotaku, terlihat sampah berserakkan, got mampet dan plastik bersebaran. Masalah bukan pada petugas kebersihan, tetapi memang secara umum kita belum peduli dan bertanggungjawab soal kebersihan pekarangan dan lingkungan, serta tempat umum. Misalnya membuang sampah sembarangan, khususnya sampah plastik bekas kemasan berbagai produk.
Biasanya saat musim hujan, sebagian besar sampah akan dibawa air ke laut. Lalu, kembali tindakan pembuangan sampah plastik terus terjadi. Maka, yang terjadi adalah sikap apatis, saling menunggu atau saling menyalahkan.
Pengalaman saat merantau di kota besar, soal sampah plastik dan masalah lingkungan juga terus terjadi. Bahkan lebih parah, meskipun kerja keras petugas kebersihan berjalan. Lokasi pembuangan sampah pun menjadi masalah di kota-kota besar di tanah air kita.
Perubahan musim dan pancaroba cuaca, serta banyak bencana alam, hemat saya, mungkin inilah hukum alam sedang membenahi diri untuk menanggapi perilaku manusia. Sekali lagi, saatnya kita kembali ke pribadi manusia. Apakah masih sadar, bahwa kita tergantung mutlak pada alam lingkungan. Adakah terima kasih dan syukur kita, dengan tidak membuang sampah sembarangan? Misalnya, puntung rokok, berbagai kemasan plastik dan kaleng kaca minuman. Semoga.

