Simply da Flores
1.
Gemerlap riuh dunia maya milenial
terhentak diam berganti irama
Keramaian aneka konten digital
terhalau senyap alunan mantra kemanusiaan
Syair dialog dua hati sanubari
Presiden Ibrahim dari Burkina Faso Afrika
dan Paus Leo XIV di Roma
tentang hakikat jiwa raga manusia
dalam ziarah peradaban zaman dunia
tentang ziarah asali rindu damba insani sejati
Ciptaan istimewa Sang Maha Cinta Ilahi
Adakah kebenaran dan keadilan untuk harkat martabat manusia
Masihkah ada damai bersemi dan cahaya cinta membias
Apakah penjajahan dan kejahatan antar pribadi, kelompok dan bangsa harus diabadikan
bahkan atas nama organisasi agama dan nama Allah?
2.
Presiden Ibrahim dari Burkina Faso – benua Afrika
menulis syair jiwa raganya
Tentang harkat martahat suku bangsa Afrika
dalam derap waktu roda zaman
Tentang pengalaman luka, darah dan nyawa yang hilang merana
Tentang nasib nestapa kelam suku bangsa berkulit hitam
yang tertindas tergusur menderita dan mati punah
Tentang kekayaan alam berlimpah yang dikuras dan dikeruk hingga gersang kritis oleh bangsa kolonial
Tentang paradoks fakta pengalaman antara warta Kerajaan Allah dan Injil suci
dengan aneka ketidakadilan kejahatan para penjajah yang sering didukung lembaga Gereja
Tentang gugatan jiwa raga kemanusiaan hakiki
di hadapan sesama dan Sang Pencipta
Sebuah litani air mata dan doa harapan jiwa
“Akankah ada keadikan, kebenaran, damai dan sukacita
bagi suku bangsa Afrika”
3.
Paus Leo XIV terketuk nurani jiwanya
setelah membaca dengan saksama dan penuh perhatian
segera menulis surat jawaban pribadinya
Syair kesahajaan dan solidaritas kemanusiaan hakiki
Ada pengakuan tulus atas salah dosa pribadi
para pewarta Injil dan Kerajaan Allah
Ada penegasan atas sikap organisasi Gereja yang tidak luput dari kekeliruan
ketika berpihak pada kaum kolonial
dan sudah melukai harkat martabat suku bangsa Afrika
Ada tekad berani dan tulus
menegakkan kebenaran dan keadilan bagi kemanusiaan kepada seluruh bangsa manusia
Ada kemauan dan komitmen total dengan bantuan rahmat Allah
untuk membangun dialog yang adil dan memperjuangkan perdamaian bagi semua manusia
agar tercipta keadilan dan harmoni
Ada upaya serius menjaga dan bertanggung jawab memulihkan kerusakan alam lingkungan
demi kehidupan sekarang serta warisan bagi anak cucu
Ada penegasan prinsip dan posisi Gereja untuk harkat martabat kemanusiaan semua suku bangsa
dalam semua aspek kehidupan bersama
“Kita manusia adalah sesama saudara
dan fakta kehadiran Sang Maha Cinta di tengah dunia untuk saling mengasihi
bukan untuk saling membunuh”
4.
Rangkaian syair dialog dua hati sanubari pribadi hakiki itu
Bukan untuk saling menggugat dan membela diri
Bukan untuk mengobarkan permusuhan dan perang
Bukan untuk mengadili sejarah suku bangsa
Bukan untuk mengadu kesucian dan pangkat jabatan
Bukan demi kesombongan dan kehebatan pribadi
Bukan soal politik ekonomi dan bisnis untuk kemakmuran organisasi
Bukan tentang warna kulit, ras, suku, adat budaya dan agama
Bukan tentang perbandingan antar benua dan negara
Tetapi…
inilah seruan dari lubuk hati nurani sejati
inilah goresan rindu damba sanubari jiwa asali
Inilah doa mantra harkat martabat manusia
sebagai sesama saudara citra Sang Ilahi
5.
Dialog Presiden Ibrahim dari Afrika
dan Paus Leo XIV dari Roma – Vatikan
sedang mengetuk hati sanubari pemimpin dunia
Sedang menyapa dan memeluk jiwa raga manusia semua
Inilah air mata duka lara kemanusiaan
yang sedang melanda zaman
Inilah sejarah panjang kerakusan dan kesombongan dari manusia buta hakikat
untuk segera diketahui, diobati dan dimurnikan kesadaran jiwa raganya
Inilah dialog dan doa dua pribadi
untuk perdamaian dan kesejahteraan manusia
Inilah cahaya di tengah kegelapan zaman
dan mata air di padang kegersangan sejarah peradaban
Inilah damba kepapaan manusia sejati di hadapan Sang Maha Cinta abadi
“Keanekaragaman suku bangsa manusia
Adalah berkah dan kekuatan dari Sang Pencipta
untuk saling mengasihi dan saling melayani
untuk menjadi berkat bagi sesama
karena selalu saling membutuhkan”
Kebodohan dan kesombongan diri
adalah akar dan batang dari semua kejahatan yang mewarnai sejarah peradaban zaman

