Simply da Flores
1.
Ada wajah terpatri dalam debu dan serpihan puing
tetapi sosoknya kelam bagi mata
Ada suara menggema dalam debu dan asap hitam
tetapi pemiliknya tak tahu siapa
hanya pasti terekam angin
Debu, asap dan puing amarah
terlahir oleh lara derita yang mengambang
Antara kata sumpah janji dan fakta pengalaman
ternyata sering jauh berbeda
Vox Populi Vox Dei
Negara Kesatuan Republik Indonesia
Apakah hanya untuk para pejabat?
2.
Wahai para Wakil Rakyat
mengapa menghilang menghindar dari kami rakyat?
Suara kami seperti debu beterbangan
Nasib kami seperti puing arang berserakan
Kedaulatan kami seperti sampah jalanan
Masih ingatkah usahamu menjumpai kami di mana-mana
untuk meminta suara saat pemilu Kalian tak peduli tempat kumuh, kampung dan jalanan setapak
demi dapatkan dukungan suara
Mengapa begitu sulit ditemui
apalagi mendengarkan dan membuat kebijakan untuk kesejahteraan kami rakyat
setelah duduk di kursi jabatan?
3.
Terasa jaraknya begitu jauh terasing
antara debu jalanan dengan Gedung Dewan yang terhormat
Terbanding memang sangat berbeda
antara puing arang nasib rakyat
dengan kemewahan jabatan legislatif
Gaji dan tunjanganmu bermacam ragam
Hidupmu sejahtera dan berpesta pora
Sedangkan nasib kami pemberi mandat terlunta-lunta
Inikah demokrasi dan bukti janjimu
Itukah artinya anggota dewan yang terhormat?
4.
Dari debu jalanan lara derita
kami mengetuk jiwa ragamu para pejabat Eksekutif
Masihkah ada nalar warasmu dan hati sanubarimu
Di manakah makna sumpah jabatanmu dalam mengelola anggaran pembangunan dan aset negara
Dari serpihan puing kegalauan
kami tanyakan kepada para penegak hukum
Mengapa korupsi terus membudaya dan dibanggakan
Kapan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Marah nasib kami membubung bersama debu dan asap hitam
Emosi lara derita kami terus membara dalam nyala api
Kami tunggu sampai fajar menyingsing
membawa perubahan jujur dan bijaksana kalian
Jadi pelayan rakyat dan abdi negara
seperti lantang saat sumpah jabatanmu