| Red-Joss.com | Setiap kali aku berkunjung ke rumahmu, aku tidak pernah melihat keluargamu berdoa. Bapak, Ibu, dan anak-anak sibuk sendiri-sendiri dengan permainannya.
Setiap kali aku singgah di rumahmu, aku belum merasakan penerimaan yang hangat. Ucapan formal, pembicaraan yang ringan, dan belum bisa masuk dalam pembicaraan yang akrab.
Aku merasa asing dan jadi tidak kerasan. Aku seperti ada di dunia yang lain. Sebenarnya aku ingin berbuat sesuatu, tapi merasa canggung dan belum tepat waktunya.
Rumahmu itu harus diubah. Pertama, jadikan rumah itu menjadi tempat berdoa yang utama. Bapak, Ibu dan anak-anak berhenti sejenak bermain. Bapak atau Ibu harus saling mengingatkan untuk duduk melingkar dan salah satu memimpin doa.
Kedua, rumah itu semestinya mau menerima siapa saja yang singgah disambut dengan kehangatan. Pastikan, bahwa tamu yang singgah itu menjadi rindu untuk datang kembali.
Ketiga, buatlah tamu yang mampir itu bisa merasakan aura kerohanian dari keluargamu.
Bahaya pertama yang terjadi, jika keluarga tidak pernah berdoa. Tanah yang awalnya subur itu akan berubah menjadi tanah yang penuh semak, kemudian berbatu, tandus, dan mengering. Tidak bisa lagi menjadi lahan untuk bertumbuh untuk jenis benih apa pun.
Sadari, bahwa keluargamu itu harus menjadi surgamu. Mengapa ada ide tentang surga, karena Tuhan hadir di tengah keluargamu. Kehadiran Tuhan dirasakan, ketika tangan Bapak, Ibu, dan anak-anak saling bergandengan tangan berdoa. Berdoa di tengah keluarga.
Harapanku, saat aku berkunjung ke rumahmu, ajakan yang pertama adalah “Romo, mari berdoa dan minta berkatnya untuk keluarga kami.”
…
Rm. Petrus Santoso SCJ

