Dari Tasha, teman es-em-a Wen, saya memperoleh informasi, bahwa Wen bertemu Bagas di suatu restoran vegetarian di bilangan T.
“Oh ya? Piawai juga kau…,” puji saya sambil membayangkan Wen dan Bagas pasti kaget dengan pertemuan itu.
“Ya, tapi sayang….,” Tasha tidak meneruskan kata-katanya. Ia memandang saya dengan ragu.
“Kenapa?” kejar saya penasaran.
Tasha menghela nafas panjang.
“Wen pergi sama cowok.”
“Oh ya? Lalu?” saya tercekat. Untuk menutupi hal itu, saya mencoba tersenyum. “Belum tentu mereka pacaran.”
“Iya, sih.”
“Nggak apa, Sha, yang penting mereka ketemuan. Terima kasih Sha. Oom mau keliling komplek dulu.”
“Saya mau mencari kejelasannya Oom,” janji Tasha. Saya tersenyum lalu meneruskan jalan-jalan sore.
Wen pergi dengan cowok? Pacarankah mereka?
Tiba-tiba saya teringat kembali dengan pembicaraan Wen tempo hari. Wen belum mempunyai pacar. Kini, jika Wen mempunyai pacar itu hal wajar. Wen cantik dan cukup menarik. Kenapa saya jadi kelabakan?
Selanjutnya di Calon Mantu – 5 | Cinta itu harus Diperjuangkan

