| Red-Joss.com | Karena akrab, dekat, dan percaya pada CH, saya tanpa sungkan curhat mengenai hubungan saya dengan pacar.
“Harusnya saya buka biro jodoh atau konseling,” gurau CH sambil menatapku tajam, tapi lembut. Deg! Tiba-tiba dadaku berdesir.
“Sama sobat sabit kok, komersil. Ketimbang bayar mending traktir kau, ya …”
“Awalnya kau cerita orangtua doimu tidak setuju, bagaimana merebut simpati camer. Doi yang dijagai orangtua bagai gelas kaca yang mudah pecah. Doi yang cemburuan, karena kau sebagai aktivis banyak teman gadis…,” CH tertawa renyah.
“Begitu?”
“Lha, iyak. Apa-apa sekarang kena pph. Kalau saya yang membayar itu nombok.”
Tawa CH makin berderai, renyah, dan kian mempesona.
Tiba-tiba terlintas di pikiran saya untuk membandingkan IM dengan CH. Mereka mempunyai kelebihan dan kekurangan. Tapi IM lebih cantik dan energik. Sedang CH cuwek dan tomboy, tapi mandiri.
Jujur, CH kalah jauh dibandingkan dengan IM. Bagai bumi dan langit. Di mata saya, IM lebih menjanjikan masa depannya dibandingkan CH. IM itu cantik, pintar, dan anak tunggal yang bakal mewarisi usaha orangtuanya. Tapi CH selalu ada dan hadir, jika dimintai tolong. Sangat peduli dan perhatian pada sahabat.
“Lalu, kapan kau kenalin pacarmu? Jangan janji melulu,” omel CH sambil menatap tajam saya, sehingga saya jadi gelagapan.
“Serius?” tantang saya, tapi ragu. CH mengangguk. “Saya takut, dia cemburuan.”
“Selama ini kau tidak cerita tentang aku?”
“Ndak. Karena doi cemburuan, bisa runyam.”
“Badanmu ditanamin chip, kalau di dekatmu ada gadis cantik langsung diledakkan,” gurau CH. Tawanya berderai. “Tapi nyatanya kau tahan uji dan betah.”
“Betah, karena terpaksa. Penginnya sih pindah ke lain hati.”
“Gila, lo! Ngacau!”
“Ya, ndak. Kau ndak tahu dan kenal pacarku.”
“Karena kau ndak ngenalin.”
“Nah, itulah…!”
“Maksudmu?!”
“Ndak jadi, ah…” saya diam sambil melihat reaksi CH yang tampak menegang.
“Jadi penasaran …” CH cemberut.
“Kau bakal kaget, jika tahu,” kata saya terus ngakak. CH melengos, mengajuk. Saya tatap CH. Saya menarik nafas panjang. “CH, maaf. Sebenarnya IM itu pacar fiktifku. Karena aku ragu dan ingin melihat reaksimu…”
“Kau…?!” CH tergagap.
“Sekali lagi maaf. Awalnya aku kurang bisa menerima kenyataan itu, tapi aku tidak bisa mengingkari, aku mencintaimu,” kataku bergetar, karena menyesal. Aku juga siap dimarahi dan didamprat CH. Tapi ternyata tidak. CH terisak. Aku gigit bibir, dan aku peluk CH.
Hatiku merasa lega, ketika CH ganti memelukku.
Mas Redjo

