“Orang-orang Farisi itu berkata pula kepada Yesus: “Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi …” (Luk 5: 33a)
Puasa biasanya dikaitkan dengan tidak makan dan minum. Ketika saatnya kita berpuasa, sering kali kita dihadapkan pada godaan yang seolah-olah menarik kita untuk membatalkan puasa itu. Tiba-tiba kita merasa tidak tahan untuk menolak godaan makanan enak yang membuat rasa lapar jadi seolah-olah tidak tertahankan, atau bertemu dengan orang yang menjengkelkan sehingga kita sulit untuk menguasai emosi kita, dan banyak hal lainnya yang menantang niat kita untuk berpuasa.
Berpuasa dan berpantang itu hendaknya dibarengi motivasi demi cinta kepada Tuhan. Juga puasa dan pantang itu harus jadi ungkapan penyembahan dan penghormatan kita kepada Tuhan yang mau menderita demi keselamatan manusia. Dengan demikian, puasa bukanlah sekadar tidak makan atau minum, melainkan harus dibarengi doa, sedekah, dan melakukan latihan-latihan rohani yang mendekatkan kita pada Tuhan dan sesama.
Berpuasa itu merupakan ungkapan pertobatan dan kesedihan kita atas dosa-dosa manusia terhadap Tuhan. Dengan berpuasa, kita hadir di hadapan Tuhan dengan segala kelemahan dan kerapuhan, serta belajar percaya sepenuhnya kepada Tuhan.
Sr. M. Emma, P. Karm
Jumat, 05 September 2025
Kol 1: 15-20 Mzm 100: 2-5 Luk 5: 33-39
Sumber:
Buku renungan harian “Sabda Kehidupan”
https://www.renunganpkarmcse.com