Oleh: Simply da Flores
| Red-Joss.com | Perjuangan para pedagang asongan dan pedagang kecil di pasar tradisional sungguh istimewa. Demi mencukupi kebutuhan hidup, maka cara tradisi tetap dilakukan dalam menjual hasil produksi kebun ladang dan ternaknya.
Menyaksikan keseharian perjuangan mereka, kebetulan rumah tinggalku dekat pasar tradisional, ada kekaguman dan bangga pada keluhuran memaknai kehidupan. Lalu saya mencatatnya dalam sajak:
Cahaya di Mata dan Seberkas Senyum
Langkah mengejar waktu
tak surut dibasuh keringat lelah
Dari rumah di kampung pelosok
Dari kebun ladang nun jauh
Dari keterbatasan sarana dan daya
Sehari-hari terus menganyam cahaya
seluruh waktu berburu mentari
Agar pulang membawa rezeki
nafas dan darah bagi keluarga
Pedagang asongan berteman deru debu
Kesahajaan tekad jadi sahabat penjual tradisional
Ketakpastian adalah lagu kehidupan
Bising kendaraan dan persaingan menjadi irama wajib
Harkat martabat terus dibela
dengan kerja bercucur keringat
didandani debu zaman menerjang
Ketika menawarkan jualannya
sorot sinar mata bicara
ada kebanggaan dan harapan
Ketika ditawar-tawar dagangannya
ada senyum ramah doa sahaja
Lantaran kasih pada konsumen
yang egois dan tak paham lelahnya
Saat relakan barangnya dibeli dengan murah
ada berkas cahaya di wajah
ungkapan syukur dan dia cinta
Kehidupan ini sungguh anugerah
meski dibaris keringat air mata lara derita
Mungkin kita tak punya catatan pengalaman
karena bukan pedagang kecil dan penjual asongan papa
Tetapi
Mereka tak lelah merajut cahaya harkat
Mereka tak berhenti menenun waktu
dan terus memburu langkah mentari
Untuk dandani harkat martabat
dengan doa cinta sahaja
perjuangan sejati dalam ketakpastian
Demi memberi yang terbaik
bagi rezeki hidup keluarga
dan kebutuhan para konsumen
Mereka setia merangkul jarak
kebun ladang, kampung udik, jalanan dan pasar
…
Foto Ilustrasi: Istimewa

