Oleh: Simply da Flores
| Red-Joss.com | Ada banyak cara memaknai kehidupan. Itu hak setiap orang. Maka lahirlah ungkapan: hidup itu misteri, hidup itu perjuangan, hidup itu kesempatan, hidup itu warna-warni, hidup itu lagu untuk dinyanyikan, hidup itu ibarat perang, hidup itu takdir, dan masih banyak lainnya.
Saya tertarik pada ungkapan, bahwa hidup itu anugerah Sang Pencipta untuk disyukuri dan diberi makna. Lalu saya coba mencatat dalam sajak:
Warna-warni Waktu
Duduk termangu dalam kelam
mata memetik kerlip bintang
Kusimpan pada relung rindu
agar besok pagi kubawa berlari
mengejar mentari sepanjang hari
meraih mimpi-mimpi sanubari
membangun pondok di angin
Saat jagat melukis pelangi
kupandangi dari pondok syukurku
Jemari hasratku ingin memburu
menjaring jejak langkah pelukisnya
Membawa pulang di pelataran jiwa
hiasi aneka tanya nalar
dan temukan jawaban semesta
Siapakah aku ini?
Mengapa ada di sini?
Kuajak waktu bersendagurau
meneguk segelas kopi pahit
Kutahan langkah mentari
sejenak mampir di pondokku
Agar tinggalkan berkas cahaya
pada gulita tanya damba
Dan
setiap hari menjadi kebiasaan
bersahabat angin merawat nafas
karena pondokku pasti tumbang
tanpa topangan angin
Hidup sungguh anugerah
Waktu, mentari, angin
segelas kopi pahit
dan kelana nalarku
Hanya bisa terjadi
jika anugerah nafas ada
jika kubangun pondok di angin
Di pondok ini
Detak jantung berdebar
Desir darah mengalir
Jiwa raga satukan pribadi
takut gentar dan kagum terpesona
pada keajaiban Sang Ilahi
pada keindahan Sang Maha Misteri
abadi tak bertepi
…
Foto Ilustrasi: Istimewa

