Mengapa jalan kita tersesat? Kita salah memilih teman.
Mengapa kita jadi nakal? Kita berada di lingkungan pergaulan yang tidak benar.
Mengapa kita sering melakukan kejahatan? Kita dipengaruhi oleh orang-orang jahat di sekitar kita.
Tepat sekali yang dikatakan Tuhan Yesus, “Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lubang?” (Lukas 6: 39). Berarti harus ada yang berinisiatif untuk membimbingnya? Siapa? Diri sendiri!
Jika orang lain yang menasihati, kadang dibilang, “sok ini, dan sok itu.” Nasihatnya tidak pas di hati, kita tersinggung dan marah. Diingatkan, kita juga marah, karena merasa hidup benar. Padahal jelas-jelas hidupnya tidak benar. Serba repot.
Jadi orang yang baik dan benar itu, seharusnya dari diri sendiri yang memulai. Tapi hal itu tidak mudah. Misalnya, kita ini sudah berjanji untuk tidak mau melakukan ini dan itu. Saat berjanji kita yakin betul untuk melakukannya. Tapi, ketika bertemu dengan teman yang galau atau brengsek, kita jatuh lagi. Pola seperti ini diulang dan diulang lagi. Sehingga jadi kebiasaan buruk.
Belum lagi, kadang kita menipu orang lain dengan alasan-alasan yang suci. Padahal yang terjadi, “ketahuan bohongnya!” Ternyata ada agenda tersembunyi yang tidak baik. Efeknya, orang itu tidak percaya pada kita, khususnya mereka yang pernah ditipu.
Kita harus sadar diri. Kita dapat belajar dari hidup Santo Paulus. Dia berani bercerita tentang masa lalunya yang kelam, “… aku yang tadinya seorang penghujat dan panganiaya, tapi aku telah dikasihi-Nya. Karena semua itu telah aku lakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman” (1 Timotius 1: 14). Lihat! Perubahan hidupnya itu terjadi sangat luar biasa.
Jika saat ini kita tersesat, berada di lingkungan pergaulan yang salah, atau dicengkeram oleh orang-orang yang jahat. Saatnya kita kembali pada iman. Dengan mempunyai iman berarti kita jadi milik Kristus Yesus.
Mari, kita bergandengan tangan dalam iman untuk saling mengingatkan, menguatkan, dan meneguhkan satu sama lainnya. Tuhan Yesus sangat mengasihi kita semuanya.
Tuhan memberkati.
Rm. Petrus Santoso SCJ